Arah
pembangunan suatu negara terkadang mengalami benturan antara das sollen
dengan das sein. Tanpa terkecuali, baik negara maju maupun negara berkembang. Secara
umum, benturan arah pembangunan pada
suatu negara disebabkan oleh kebijakan stakeholder
yang berbasis keberpihakan. Keberpihakan dalam mengambil kebijakan cenderung
dipengaruhi persaingan oleh ideologi besar dunia yakni antara kapitalisme
dengan sosialisme. Ideologi ini mempunyai paradigma yang berbeda dalam memaknai
strategi pembangun suatu negara. Kapitalisme menciptakan kelas sosial sedangkan
sosialis menolak adanya kelas sosial dalam masyarakat.
Sejak
dahulu sampai sekarang dunia selalu membincangkan perdebatan panjang pemikiran
yang dipelopori Adam Smith (kapitalis) dan Karl Max (sosialis). Perlahan, paham
tersebut mewarnai pembangunan negara-negara dibelahan dunia. Sebagian negara
menganut paham kapitalisme sebagiannya menganut paham sosialisme. Namun, adanya
kompetisi dalam pembangunan suatu negara menyebabkan ideologi kapitalis dominan
dalam menghegemoni ideologi sosialis. Akibatnya timbullah istilah globalisasi
dan modernisasi yang secara tidak langsung memberi peluang besar bagi kaum
kapitalis dalam mempertajam langkahnya.
Perkembangan
paham pembangunan model kapitalis terlihat pada perdagangan bebas yang semakin
komersial. Negara bebas melakukan transaksi ekonomi makro mulai dari skala
regional sampai tatanan global. Perdagangan terjadi antara negara pemasok bahan
baku dengan negara yang mengelola bahan baku. Maka dengan sendirinya tercipta
kelas antara negara akibat kebebasan perdagangan yang bias keadilan. Ada negara
yang mendapat untung berlebihan. Ada pula yang mendapat untung sedikit bahkan
rugi. Kesenjangan ini membuat negara pemilik bahan baku (termasuk Indonesia)
tidak mampu berbuat banyak dalam memulihkan perekonomian nasional.
Meskipun
krisis yang melanda Amerika dan Eropa tidak berpengaruh dalam perekonomian
nasional. Tetapi negara Indonesia masih belum bisa bangkit untuk lebih maju
karena ketergantungan pada negara-negara Eropa cukup besar. Apalagi dinamika negara-negara di Asia juga
semakin kompetitif. Berdasarkan data IMF tahun 2012 melansir bahwa pertumbuhan
ekonomi dunia melambat menjadi 3,5 % untuk
tahun 2012. Beberapa negara maju diperkirakan hanya tumbuh 1,4 %. Bahkan
beberapa Negara Eropa diproyeksi tumbuh negatif. Justru negara-negara Asia
menjadi penopang seperti China, India, Jepang dan Korea Selatan (sumber:www.bappenas.go.id).
Akhir-akhir
ini pertumbuhan ekonomi di Asia meningkat, termasuk Indonesia. Data IMF tahun
2012 memperikarakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sampai 5,4 %. Melalui
pendekatan statistik global, angka tersebut sangat menggembirakan. Perkiraan
IMF menghampiri target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 %.
Hanya saja prestasi pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus dengan
kesejahteraan rakyat. Penderitaan masih terjadi di seluruh penjuru tanah air.
Kesenjangan antara penduduk miskin dan
kaya semakin meluas.
Realitas sosial
menunjukkan bahwa pemerintah masih terlihat apatis menyelesaikan persoalan
kemiskinan. Jika diamati lebih mendalam, pemerintah dengan sengaja menutup
peluang kesejahteraan penduduk miskin, khususnya yang berprofesi sebagai
pedagang. Kehadiran korporasi asing dan konglomerat lokal dalam pasar domestik sebagai
bukti pemerintah yang memenjarakan peluang usaha dagang masyarakat kecil. Usaha
yang memenjarakan pedagang kecil diantaranya KFC, Mc. Donals, Coca Cola, Indo
Maret, Alfa Mart. Selain itu, konsep pasar modern (baca:mall) yang berkembang
pesat semakin memojokkan pasar tradisional.
Jadi pasar
tradisional hilang dengan sendirinya akibat perdagangan bebas. Memberikan
peluang kepada korporasi asing dan konglomerat lokal dalam membuka usaha kebutuhan
pokok memperjelas ketidakberpihakan pemerintah pada kesejahteraan rakyat.
Pundi-pundi usaha yang seharusnya di urus penduduk lokal di pasar tradisional
terus dikuasai pemilik modal besar. Masyarakat terpaksa hanya pasrah karena
kebijakan sepenuhnya berada di tangan pemerintah selaku pengambil kebijakan
utama.
Padahal
pasar tradisional dapat menstimulus masyarakat untuk mencari kelangsungan
hidupnya. Meskipun pasar tradional skalanya kecil tetapi dapat dimanfaatkan
banyak orang untuk beraktivitas dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Dibandingkan dengan mall, mini market dan restauran asing yang hanya dikelola
segelintir orang. Pasar tradisional akan hidup seandainya pembangunan mall, mini market, toko asing
dikurangi. Termasuk mengurangi barang impor yang merupakan komoditas unggulan
masyarakat Indonesia seperti beras, jagung, buah-buahan, sayuran, ikan dan
daging.
Tatanan
situasi dan kondisi tersebut dapat diatasi dengan menerapkan ekonomi
kerakyatan. Singkatnya perekonomian dari, oleh dan untuk rakyat. Pengelolaan
pasar diberikan pada rakyat untuk mengelola sendiri. Pemerintah hanya membuat
regulasi yang berpihak pada rakyat serta mengarahkan pencapaian utama pasar
tradisional. Pengoptimalan pasar tardisional melalui ekonomi kerakyatan juga
meningkatkan potensi lokal. Pasar tradisonal juga mempercepat penguatan
jaringan berkearifan lokal karena interaksinya dilakukan secara berkala.
Saat ini hampir
dipastikan pasar tradisional sulit di jumpai di kota-kota besar. Padahal jumlah
penduduk miskin kota sebesar 9,23 % dari 12,49 % keseluruhan penduduk miskin di
Indonesia (BPS, 2011). Oleh karena itu, upaya untuk menumbuhkan pasar
tradisional dan menstimulus pedagang kecil sangat logis dilakukan demi
meningkatkan kesejahteraan hidup bersama. Cara ini juga efektif karena pasar
tradisional yang dikelola dengan ekonomi kerakyatan tidak terlelu terpengaruh
dengan krisis global dan nasional.
Berbeda
dengan pasar modal dan pasar modern yang sangat besar ketergantungannya dengan
perkembangan global. Menguatnya pemilik modal dalam meraih peluang usaha
cerminan dari ideologi kapitalis yang selalu orientasi keuntungan
sebesar-besarnya. Serta mengesampingkan tanggungjawab dalam mengurangi
kemiskinan. Memang paham kapitalis tidak mampu dalam menanggulangi persoalan
kemiskinan di dunia. Dalam konteks ini, model ekonomi kerakyatan dimaksudkan menjadi solusi pembangunan
nasional.
Perlu
disadari bahwa negara Indonesia memiliki karkater khas dalam menyelesaikan
masalah. Karakter khas itu selalu dikembalikan pada basis kerakyatan karena
kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat. Tentunya, kehadiran pasar
tradisional dengan keterampilan dangang masyarakat yang memadai dapat
menghidupkan perekonomian setempat. Jadi, menghidupkan pasar tradisional
merupakan kunci utama dalam meningkatkan perekonomian rakyat miskin. Upaya ini
dilakukan guna mengantarkan negara Indonesia menjadi negara maju yang
berkemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar