Kamis, 29 November 2012

SEPUTAR PASAR TRADISIONAL




Arah pembangunan suatu negara terkadang mengalami benturan antara das sollen dengan das sein. Tanpa terkecuali, baik negara maju maupun negara berkembang. Secara umum, benturan arah pembangunan pada suatu negara disebabkan oleh kebijakan stakeholder yang berbasis keberpihakan. Keberpihakan  dalam mengambil kebijakan cenderung dipengaruhi persaingan oleh ideologi besar dunia yakni antara kapitalisme dengan sosialisme. Ideologi ini mempunyai paradigma yang berbeda dalam memaknai strategi pembangun suatu negara. Kapitalisme menciptakan kelas sosial sedangkan sosialis menolak adanya kelas sosial dalam masyarakat.   

Sejak dahulu sampai sekarang dunia selalu membincangkan perdebatan panjang pemikiran yang dipelopori Adam Smith (kapitalis) dan Karl Max (sosialis). Perlahan, paham tersebut mewarnai pembangunan negara-negara dibelahan dunia. Sebagian negara menganut paham kapitalisme sebagiannya menganut paham sosialisme. Namun, adanya kompetisi dalam pembangunan suatu negara menyebabkan ideologi kapitalis dominan dalam menghegemoni ideologi sosialis. Akibatnya timbullah istilah globalisasi dan modernisasi yang secara tidak langsung memberi peluang besar bagi kaum kapitalis dalam mempertajam langkahnya.

Perkembangan paham pembangunan model kapitalis terlihat pada perdagangan bebas yang semakin komersial. Negara bebas melakukan transaksi ekonomi makro mulai dari skala regional sampai tatanan global. Perdagangan terjadi antara negara pemasok bahan baku dengan negara yang mengelola bahan baku. Maka dengan sendirinya tercipta kelas antara negara akibat kebebasan perdagangan yang bias keadilan. Ada negara yang mendapat untung berlebihan. Ada pula yang mendapat untung sedikit bahkan rugi. Kesenjangan ini membuat negara pemilik bahan baku (termasuk Indonesia) tidak mampu berbuat banyak dalam memulihkan perekonomian nasional.

Meskipun krisis yang melanda Amerika dan Eropa tidak berpengaruh dalam perekonomian nasional. Tetapi negara Indonesia masih belum bisa bangkit untuk lebih maju karena ketergantungan pada negara-negara Eropa cukup besar.  Apalagi dinamika negara-negara di Asia juga semakin kompetitif. Berdasarkan data IMF tahun 2012 melansir bahwa pertumbuhan ekonomi dunia melambat menjadi 3,5 %  untuk tahun 2012. Beberapa negara maju diperkirakan hanya tumbuh 1,4 %. Bahkan beberapa Negara Eropa diproyeksi tumbuh negatif. Justru negara-negara Asia menjadi penopang seperti China, India, Jepang dan Korea Selatan (sumber:www.bappenas.go.id).

Akhir-akhir ini pertumbuhan ekonomi di Asia meningkat, termasuk Indonesia. Data IMF tahun 2012 memperikarakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sampai 5,4 %. Melalui pendekatan statistik global, angka tersebut sangat menggembirakan. Perkiraan IMF menghampiri target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 %. Hanya saja prestasi pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat. Penderitaan masih terjadi di seluruh penjuru tanah air. Kesenjangan antara penduduk  miskin dan kaya semakin meluas.

Realitas sosial menunjukkan bahwa pemerintah masih terlihat apatis menyelesaikan persoalan kemiskinan. Jika diamati lebih mendalam, pemerintah dengan sengaja menutup peluang kesejahteraan penduduk miskin, khususnya yang berprofesi sebagai pedagang. Kehadiran korporasi asing dan konglomerat lokal dalam pasar domestik sebagai bukti pemerintah yang memenjarakan peluang usaha dagang masyarakat kecil. Usaha yang memenjarakan pedagang kecil diantaranya KFC, Mc. Donals, Coca Cola, Indo Maret, Alfa Mart. Selain itu, konsep pasar modern (baca:mall) yang berkembang pesat semakin memojokkan pasar tradisional.

Jadi pasar tradisional hilang dengan sendirinya akibat perdagangan bebas. Memberikan peluang kepada korporasi asing dan konglomerat lokal dalam membuka usaha kebutuhan pokok memperjelas ketidakberpihakan pemerintah pada kesejahteraan rakyat. Pundi-pundi usaha yang seharusnya di urus penduduk lokal di pasar tradisional terus dikuasai pemilik modal besar. Masyarakat terpaksa hanya pasrah karena kebijakan sepenuhnya berada di tangan pemerintah selaku pengambil kebijakan utama.

Padahal pasar tradisional dapat menstimulus masyarakat untuk mencari kelangsungan hidupnya. Meskipun pasar tradional skalanya kecil tetapi dapat dimanfaatkan banyak orang untuk beraktivitas dalam meningkatkan kesejahteraannya. Dibandingkan dengan mall, mini market dan restauran asing yang hanya dikelola segelintir orang. Pasar tradisional akan hidup seandainya pembangunan mall, mini market, toko asing dikurangi. Termasuk mengurangi barang impor yang merupakan komoditas unggulan masyarakat Indonesia seperti beras, jagung, buah-buahan, sayuran, ikan dan daging.              

Tatanan situasi dan kondisi tersebut dapat diatasi dengan menerapkan ekonomi kerakyatan. Singkatnya perekonomian dari, oleh dan untuk rakyat. Pengelolaan pasar diberikan pada rakyat untuk mengelola sendiri. Pemerintah hanya membuat regulasi yang berpihak pada rakyat serta mengarahkan pencapaian utama pasar tradisional. Pengoptimalan pasar tardisional melalui ekonomi kerakyatan juga meningkatkan potensi lokal. Pasar tradisonal juga mempercepat penguatan jaringan berkearifan lokal karena interaksinya dilakukan secara berkala.  

Saat ini hampir dipastikan pasar tradisional sulit di jumpai di kota-kota besar. Padahal jumlah penduduk miskin kota sebesar 9,23 % dari 12,49 % keseluruhan penduduk miskin di Indonesia (BPS, 2011). Oleh karena itu, upaya untuk menumbuhkan pasar tradisional dan menstimulus pedagang kecil sangat logis dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan hidup bersama. Cara ini juga efektif karena pasar tradisional yang dikelola dengan ekonomi kerakyatan tidak terlelu terpengaruh dengan krisis global dan nasional.

Berbeda dengan pasar modal dan pasar modern yang sangat besar ketergantungannya dengan perkembangan global. Menguatnya pemilik modal dalam meraih peluang usaha cerminan dari ideologi kapitalis yang selalu orientasi keuntungan sebesar-besarnya. Serta mengesampingkan tanggungjawab dalam mengurangi kemiskinan. Memang paham kapitalis tidak mampu dalam menanggulangi persoalan kemiskinan di dunia. Dalam konteks ini, model ekonomi kerakyatan  dimaksudkan menjadi solusi pembangunan nasional. 

Perlu disadari bahwa negara Indonesia memiliki karkater khas dalam menyelesaikan masalah. Karakter khas itu selalu dikembalikan pada basis kerakyatan karena kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat. Tentunya, kehadiran pasar tradisional dengan keterampilan dangang masyarakat yang memadai dapat menghidupkan perekonomian setempat. Jadi, menghidupkan pasar tradisional merupakan kunci utama dalam meningkatkan perekonomian rakyat miskin. Upaya ini dilakukan guna mengantarkan negara Indonesia menjadi negara maju yang berkemajuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar